ikan lapar

Friday, September 23, 2011

cerpen gw

Kring…kring…kring…… Jam bekerku berbunyi.Dengan mata yang masih segan untuk terbuka, aku melirik sekilas kearah jarum penunjuk yang ada di jam tersebut. Terlihat sebuah jarum yang lebih pendek dari jarum yang lain mengarah ke angka 6. Itu berarti ada dua setengah jam lagi sebelum bel sekolah memamerkan suaranya yang tak dapat diprotes siapapun. Oya … Aku belum ngasi tahu siapa aku. Namaku Angel , salah satu siswi SMA negeri favorit di kabupaten kecil,Karo. Hari-hariku biasa diisi dengan kesibukan pelajar pada umumnya. Bangun pagi, beres-beres perlengkapan sekolah untuk hari ini,berangkat dengan angkot yang sudah sejak subuh berharap bertemu dengan orang-orang seperti aku,mengikuti pelajaran,….bla…bla… Tak jauh beda dengan yang lain kan? Begitu juga hari ini semua tak ada yang berubah signifikan. *** Sunyi.. Itulah gambaran halaman kelasku hari ini. Tak perlu keahlian khusus untuk memprediksi keadaan ini. Apa lagi kalau bukan tugas yang memaksa kami bergumul mengerjakannya dalam kelas yang tidak cukup luas untuk siswa sebanyak 34 orang. “Pit, pinjam tugas dong.”kata Tasya, teman sebangku ku yang sudah lebih dulu tiba di kelas. Ya, aku memang dikenal dengan panggilan ‘cipit’ kerena memang begitu lah keadannya. “kok gak ngerjain ?”tanyaku sembari mengeluarkan buku tulis dengan cover polos dari dalam tasku. “buku materi ku di pinjam kelas sebelah kemarin,belum di pulangin.Gimana bisa selesai”belanya sambil menyalin hasil kerja kerasku tadi malam. *** “Vicky? tanya bu Erni,wali kelas yang sedang mangabsen kami. Tak terdengar ada jawaban. “Kamu kemanain tu ,Pit? Sela Angga sebangku Vicy memecah keheningan. “Gak mesti semua tentang dia aku tahu kan? Jawabku seenaknya. “Sudah. Jangan dibuat jadi keributan di kelas. Buka tugas kalian.” Bu Erni mulai terganggu dengan perdebatan kecil kami. Semua pelajaran berjalan seperti hari-hari biasanya. Walau memang bagiku ada yang kurang. Aku dan Vicky memang sudah jadian 3 bulan yang lalu tepatnya di hari ulang tahunku yang ke-17. Vicky memang sudah mendekatiku sejak SMP. Tapi aku menolaknya. Bagiku pacaran terlalu muda tidak akan berjalan baik, karena belum ada kedewasaan satu dengan yang lainnya. Jawabanku saat itu sangat sederhana. Aku hanya ingin berpacaran setelah umurku 17 tahun. Aku tak menyangka ia mengingatnya sampai hari itu tiba. Aku tidak memiliki alasan yang cukup kuat lagi ketika ia kembali menyatakan cintanya di malam itu. Karena sebenarnya aku juga mulai menyayanginya melihat perhatiannya selama ini dan pengorbanannya untuk menunggu hari itu. Tapi belakangan ini Vicky sering tidak masuk sekolah. Jika aku tanya kenapa dia selalu menjawab “gak ada apa-apa kok. Neneku sedang sakit,jadi aku harus sering-sering jaga dia.kan keluarga kami tidak ada di kota ini.” Tapi kenapa dia mesti mendapat giliran pada jam sekolah? Ya sudah lah, aku tak menanyakannya lebih jauh. Mungkin itu urusan keluarga mereka, aku takut dia tersinggung jika aku terlalu mengurusi hal ini. Hari ini Vicky sudah kembali mengikuti pelajaran. Aku melihatnya saat tiba di sekolah. Hari ini kami bebas dari tugas,karena siang ini guru akan mengadakan rapat. Jadi kami akan pulang lebih awal. Aku melihat teman-teman ku terlihat berdiri di halaman kelas.Entah apa saja yang menjadi topic mereka di pagi ini. Begitu juga Vicky, dia terlihat berkumpul dengan Angga dan beberapa teman cowok lainnya. Dia juga melihatku sari kejauhan. Saat aku memasuki kelas dia menyambut ku dengan senyumannya sembari berdiri menghampiri ku. “Kamu kenapa lagi? Masih jagain nenek kamu ya?”tanyaku memulai pembicaran sambil terus menuju bangku untuk meletakkan tas. “Ia, memangnya kenapa? Kamu kangen ya?”godanya sambil menatapku penuh arti. Aku hanya membalasnya dengan cubitan di lengannya. “Kalau pulang sekolah nanti kita singgah di Gundaling kamu bisa nggak?”ajak Vicky tanpa ku duga. Aku yang terdiam sejenak kemudian mengangguk setuju.Entah apa yang membuat perasaanku tak karuan begini. Padahal kami sudah pernah pergi berdua seperti ini. Tapi entah lah, kali ini aku sangat kaku dengan ajakannya kali ini. *** “Kamu mau pesan apa?”tanya Vicky sesampainya di tempat yang kami pilih untuk berhenti sambil memandang kota berastagi tercinta. “terserah kamu aja deh,aku belum terlalu lapar”jawabku sambil duduk di kursi yang sudah di sediakan. “kalo kita minum aja dulu? Kamu setuju nggak?”tanyanya lagi. Aku hanya mengganguk,karena memang aku belum terlalu lapar. “udah lama ya kita nggak jalan-jalan pulang sekolah kayak gini.”ujar Vicky seusai dia memesan minuman. “Gimana mau jalan-jalan, orangnya aja jarang keliatan di sekolah sekarang.”jawabku jutek. “jangan gitu dong,kan aku juga punya kerjaan lain.”bela Vicky sambil membujuk. “Ia, tapi apa nggak bisa jadwal kamu tu jangan sampe manggangu jam sekolah. Atau memang kamu juga maunya gitu ,makanya kamu nggak protes.” Ujarku nyerocos.nggak tahu deh dia masih ingat urutan pertanyaanku atau enggak. “Udah, nih minum dulu.Ntar nggak bisa ngomel lagi”jawabnya. Setelah meneguk sebagian isi minuman tersebut,Vicky memperbaiki posisinya. Kali ini dia lebih menghadapku,sambil menatapku dalam-dalam. Melihat tatapannya aku jadi menyesal berbicara seperti tadi.”Makasi ya kamu udah perhatian.Sorry kalau belakangan ini aku kurang perhatiin kamu.Tapi aku tetap sayang kok sama kamu. Selama aku bisa.”ujarnya seperti terputus pada kata-kata terakhirnya. Aku tidak mengerti apa makna dari kata-kata terakhirnya. Tapi kata-kata sayangnya cukup membuatku lebih tenang. “Pulang yuk,uda hampir sore nih.”pintaku sambil membereskan tasku yang ku letakkan disamping tempatku duduk. Dia tidak menjawab hanya mengikuti pergerakanku. *** “Badan kamu makin panas,kita ke dokter aja ya sekarang?”pinta mama cemas.Aku tak menjawab, mungkin memang harus mengikuti permintaan mama ku pikir. Ini adalah hari kedua aku ijin tidak masuk sekolah karena badanku demam. Dengan ditemani mama aku berangkat ke Rumah Sakit tempat kami biasa berobat. Tapi dokternya sedang menanggani pasien lain yang keadaanya sedang kritis di UGD akibat kecelakaan. Itu lah informasi yang kami dapat dari salah seorang perawat.Jadi kami harus bersabar sebentar di ruang tunggu dokter tersebut sampai dia menyalesaikan pekerjaannya sekarang. Hah!! Apa itu? Aku merasa sedang melihat seseorang yang sangat tidak asing bagiku. Vicky?!!! Kenapa dia masuk ke ruang periksa dokter lain? Bukannya neneknya yang sakit? Semua dugaan-dugaan muncul di kepala ku. Aku jadi penasaran. Apa lagi ini? Ruang Periksa Dr.Firman dengan jejeran title yang tidak ku pedulikan lagi karena aku membaca yang lain. “ spesialis tumor”. Buat apa? Bukannya Vicky pernah bilang neneknya menderita lumpuh? Rasa penasaranku semakin tinggi saat samar-samar aku medengar pembicaraan mereka. “memang sudah ada perubahan yang baik dari pegobatan Anda selamaini. Tapi belum bisa diremehkan.Karena masih dalam status bahaya,jadi saran saya tetap jalani terapi ini.Supaya tumor di kepala anda semakin membaik.”jelas dokter tersebut.”Ia dok,saya mengerti.Kira-kira berapa lama lagi terapi in selesai? Supaya saya dapat beraktifitas seperti dulu lagi.”terdangar suara Vicky bertanya kepada dokter tersebut. Aku beranjak dari tempat tersebut dengan air mata yang sedari tadi tak dapat ku tahan lagi. Sedih, prihatin,kecewa atau apa yang berkecamuk di hatiku sekarang. “dari mana aja kamu?mama sudah mancarimu dari tadi. Dokternya sudah menunggu.”kata mama sesampainya aku di ruang tunggu tadi ssesudah aku membersihkan sisa air mataku. Tanpa menjawab aku masuk ke ruangan periksa dengan perasaan tak menentu. Rasa sakit yang ingin ku obati sudah di kalahkan oleh perasaanku ini. Semua pertanyaan dan penjelasan dokter tak dapat diterima otakku dengan sempurna lagi,karena semua sudah dipenuhi oleh pikiran yang tak dapat ku jelaskan lagi. Aku harus ke sekolah besok dan minta penjelasan dari dia. Hanya itu pikiran yang dapat ku jelaskan *** “udah sembuh,pit?”sambut Tasya sambil tersenyum . Aku hanya membalas tersenyum. “ kenapa, kok nggak ikhlas gitu,masih sakit?” selidik tasya yang merasa agak aneh. “nggak ada apa-apa.aku udah baikan kok.” Tak lama setelah aku duduk, terlihat Vicky memasuki kelas. “Cie..e, kompak ya masuk sekolahnya. Semalam kemana nih Vic, sama Cipit? Sampe nggak sekolah bareng?” ejek Angga. Vicky hanya tersenyum mendengar ejekan teman sebangkunya itu sambil melirik kearahku. Aku hanya membalasnya dengan tersenyum kecut. Saat bel tanda usainya jam pelajaran, aku segera membereskan semua perlengkapanku dan menghampiri Vicky. “ Ngobrol di taman bentar yuk?”ajakku. Vicky hanya mengganguk setuju. *** “Ngapain kamu semalam ke Rumah sakit? Ke ruangan spesialis tumor lagi?” ujarku sesampainya kami di taman. Vicky yang mesih memperbaiki posisinya terkejut mendengar perkataanku. Dia menatapku seakan tak percaya aku akan berkata seperti itu. “Jawab Vicky!Kenapa kamu terkejut?” tanyaku lagi dengan sedikit memelas karena aku merasa mataku mulai berair. “kamu udah tahu kan. Buat apa lagi aku jelaskan.”jawabnya dengan setengah suara. “Ia aku udah tahu. Tapi kenapa aku tahunya nggak dari kamu? kenapa kamu nggak jujur soal itu? Apa aku nggak bisa buat kamu lebih semangat? Kamu anggap apa aku kalau aku nggak kamu percaya dalam masalah kamu?” lanjutku sambil terus menangis. Dia masih terdiam dan tak mau berbicara. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang dengan mata berair setelah tak tahan menunggu jawaban dari Vicky yang tak mau berbicara lagi. Dia masih terdiam dan membiarkan aku pergi. Hatiku sangat sakit. Aku merasa di bohongi dan merasa tak berguna sebagai orang yang menyayanginya. Ya sudah lah. Biar dia yang tentukan, aku benci Vicky umpatku dalam hati. Sepanjang perjalanan pulang aku hanya terdiam dan menahan kesedihan di dalam angkot yang lumayan padat. Aku langsung masuk ke kamar untuk menangis lagi. Kebetulan mama tidak di rumah, jadi aku bisa langsung masuk kamar tanpa makan siang dulu,karena memang aku tidak bernit makan saat ini. Aku juga binggung apa yang aku tangisi. Aku sayang Vicky, aku nggak mau dia sakit-sakitan. Tapi aku juga benci dia. Aku tidak dipercayanya untuk menemaninya pada saat seperti ini.Dia bohong. Karena tak bisa menentukan perasaan benci atau sayangku ini yang buat aku semakin sedih dan binggung sampai akhirnya tangisanku berhanti seiring dengan terpejamnya mataku yang lelah. *** Jam 16.30, itu angka yang aku lihat saat aku terbangun. One message received “luphQ”.Dengan sedikit malas aku buka pesannya. “Aq chyng qmu. Aq nggak mau qmu sedih krna pnyakitQ. Sorry kalo aq mlah bwt qmu mkin sdih. Love U. Aq brthan untk qmu. Kalo qmu chyng aq juga, Aq mhon jngn sedih lgi ya. Biar aq juga kuat. Doain pngobtn Q ya.Kao qmu kuat aq psti kuat,aplgi kamu makin chyng,Aku pasti smbuh. Aku merasa darahku berdesir membaca sms itu. Apa yang aku pikirkan, sampai-sampai hampir benar-benar membenci dia. Bukan kah aku seharusnya lebih menyayangi dia pada saat seperti ini? Maafin aku Vic, besok aku akan mengatakan maafku ini di sekolah tekadku. “pagi banget neng? Kata Mey yang selalu berangkat sekolah lebih awal dari kami semua. Aku hanya tersenym sambil teru menuju bangku. Aku harus minta maaf pikirku sambil sesekali melirik ke luar menunggu Vicky datang. Sampai bel pelajaran dimulai Vicky masih tak terlihat. Aku menjadi gelisah, apa dia tak masuk lagi hari ini? Ya, memang dia tidak masuk. Aku harus ku rumah sakit usai jam pelajaran. Vicky harus tahu aku juga sayang kepadanya ucapku dalam hati. Aku hampir bertabrakan dengan dokter spesialis yang kemarin memeriksa Vicky. “ Siang dok, Vicky ada jadwal pengobatan hari ini?”. Dokter itu menatap ku sebelum menjawab”seharusnya tidak, tapi semalam dia sempat drop.Jadi harus diperiksa. Sekarang sudah di ruang rawat inap. Kalau mau mengunjungi, silahkan. Dia ada di ruangan sudut kanan lorong ini.”katanya sambil menunjuk lorong sebelah kanannya.”terima kasih permisi dok”kataku sambil berlalu. “Vicky, gimana keadaan kamu?”tanyaku sesampainya di ruangan sambil sedikit menahan air mataku yang ingin keluar karena rasa bersalah ku kepada Vicky. “Kalau kamu nangis aku makin parah nih. Kan aku udah sms kamu semalam sebelum aku pingsan.”jawabnya. “Kamu mau aku makin sakit?”tanyanya lagi karena aku terdiam menahan tangisanku. Aku menggeleng sambil terus menunduk. “kalau begitu kamu mau aku sembuh?” lanjutnya sambil menatapku. Aku menganguk. “ya sudah, sini, bilang kamu juga sayang sama aku, Biar aku cepat sembuh.”katanya sambil menatapku lebih dalam. Aku tak kuasa menahan air mataku yang keluar. Kupeluk dia yang berbaring,”aku juga sayang kamu !” ujarku sambil menangis. “ Kamu hrus kuat, supaya aku cepat keluar dari sini dan kita kembali seperti biasa lagi.” Kata Vicky sambil membalas pelukanku. Ya. Aku harus kuat demi Vicky yang bertahan untuk aku. Aku tenang sekarang. Karena aku tahu sayangku lebih besar dari benciku kemarin.Tuhan sembuhkan lah dia. Itu adalah doaku yang tak pernah ku lupakan sampai Vicky benar-benar sembuh. bagi yang suka tolong tinggalkan comment y.... kasi petunjuk agar saya lebih giat menulis.....
Add to Cart

0 comments:

Post a Comment